Sabtu, 18 Mei 2019

TANGISAN IBU PERTIWI

Langit-langit tesedu pilu
Memburaikan semua pelik dimatanya
Menangis tanpa kenal musim
Meringis tanpa kenal waktu

Gunung-gunung berteriak
Menyemburkan semua perih didadanya
Karena muak melihat kelakuan manusia
Yang kian hari kian serakah
Yang makin tinggi makin pongah

Laut-laut kian sebal
Memuntahkan semua pedih di perutnya
Sampai dimana kelak
Manusia sadar akan pentingnya menjaga lingkungan
Manusia paham akan dampak masal yang kelak terjadi

Sampai semuanya teramini
Pohon pohon dibakar meninggalkan sesak
Langit biru di asapi corong pabrik meninggalkan gelap
Tanah tanah di ambil intinya meninggalkan lubang kematian

Bencana ke bumi datang silih berganti
Banjir dimana-mana
Erupsi kapan saja
Tsunami datang tanpa aba-aba

Lalu, burung burung mengilang tinggalkan sarang
Angin berhembus membawa polusi polusi pabrik
Tanah tanah gersang menyisakan kekeringan
Anak kecil yang tak bersalah jadi tumbal keserakahan

Dan kini, merah putihku tinggalah warna
Burung garuda terbang entah kemana
Pancasila tak lagi bermakna
Indonesiaku tinggalah nama




Tasikmalaya, 18 mei 2019.

Selasa, 07 Mei 2019

SUARA LUKA


Semua jiwa dasarnya kebebasan
Dan kemerdekaan menjadi harga mati
Buat kaum-kaum yang tersingkirkan
Dari haus dan rakusnya kekuasaan

Jilat menjilat sudah menjadi tradisi
Tikam sana tikam sini seolah menjadi tontonan
Dan saling mangsa sudah menjadi hal yang biasa

Mau dibawa kemana moralmu?
Kebodohan ditutupi pencitraan
Kegagalan di framing kesuksesan
Janji-janji dikebiri, bualan mentah dimakan sendiri
Kepongahan kekuasaan membuat lupa diri berdiri

Aku ingin berorasi
Membawa semua keresahan dan penderitaan
Tapi, lagi dan lagi; langkahku patah di meja birokrasi
Suaraku dibungkam hukum yang masih bisa nego dan dibeli

Patutkah sila ke lima ada disana?
Bukankah itu acuan dari pendiri bangsa kita
Bahwa; keadilian sosial bagi seluruh rakyat indonesia hanya bualan belaka
Selebihnya hanya slogan dan pembodohan

Berapa lagi korban yang harus mati sia-sia demi tahta
Berapa lagi kekayaan bumi yang harus keluar dari pelosok-pelosok negri
Bukankah air, udara dan tanah adalah hal mutlak
Digunakan sebaik-baiknya buat kesejahtraan rakyat

Tapi malah menjadi tamu dirumah sendiri
Mereka-mereka hanya numpang berak
Lalu pulang, membawa kekayaan yang seharusnya menjadi penenang buat rakyat
Dan meninggalkan kerusakan yang harus ditanggung rakyat.



Muhammadas, Tasikmalaya 7 mei 2019

Rabu, 16 Januari 2019

REPUBLIK BONAFIDE

Negri yg tidak berapi-api dan tidak banyak berretorika.
Mending blak-blakan aja gitu apa susahnya, terutama buat para calon pemegang aspirasi rakyat nih, gausah lah hambur-hamburin uang buat kampanye, karena semakin banyak yg keluar semakin banyak pula kemungkinan buat korupsi.

Back to self quality aja gitu, gampangnya saya analogikan ke dokter oplas ya, berapapun harga yg ditawarkan dan meskipun prakteknya di papua misalkan, orang-orang akan rela pergi kesana dan rela mengeluarkan dana sebanyak apapun karena kualitasnya bagus.

Tanpa harus saya narasikan lagi saya yakin kalian sudah mafhum maksud saya.